Dikutip dari Bapak Siwo Solotigo www.mmmsiwo.blogspot.com
Pengantar dulu dikit ya...?!
Untuk mempermudah menata perspektif berfikir kita, saya akan ilustrasikan beberapa contoh praktisnya.
Begini.....
Pada saat anak-anak kita ditanya:
"Makan agar apa ?" "Agar kenyang" jawabnya.
Mandi untuk apa ? Untuk bersih.
Belajar agar apa ? Agar pandai.
Kuliah untuk apa ? Untuk kerja.
Bisnis untuk apa? Untuk nyari uang.
Sedekah agar apa? Agar profesi lancar.
Dan seterusnya.....
Begitulah yang terjadi dari generasi ke generasi, hingga kini.
Apakah itu salah? Benar kok. Benar sepanjang perspektif hukum sebab akibat.
Tapi salah, jika tinjauannya pada perspektif TUJUAN aktifitas manusia.
Kok salah? Iyya. Karena tujuan manusia adalah menyempurnakan diri, dengan mendekati
sumbernya.
Sumber Kesempurnaan adalah Tuhan.
Sayangnya, kita lebih dilingkupi oleh pendidikan ke arah ORIENTASI HASIL (orientasi
kepada akibat),
maka yang tersosialisasi, tujuannya bukan Tuhan, tapi malah akibat yang dituju. Lawong
akibat itu pasti ngikut kok malah dituju. Gimana coba....?!!!
Dalam bahasa religi, dialog diatas mestinya begini:
Makan agar apa? Agar dekat Tuhan, Bismillah... (kenyang pasti ikut).
Mandi untuk apa? Untuk mendekat Tuhan, Bismillah... (bersih pasti ikut).
Belajar agar apa? Agar dekat Tuhan, Bismillah... (pandai pasti ikut).
Kuliah untuk apa? Untuk taqorrub illalloh, Bismillah... (kerjaan pasti ikut).
Bisnis untuk apa? Untuk melaksanakan perintah Tuhan, Bismillah... (uang pasti ikut).
Sedekah agar apa? Mentaati Tuhan, Bismillah... (profesi lancar pasti ikut).
Dan seterusnya.....
Begitulah semestinya sebagai manusia yang beragama.
Jadi dimana titik beda antara manusia beragama dengan manusia sekuler...?
Jadi dimana titik beda antara aktifitas duniawi dengan aktifitas ukhrowi...?
Jadi dimana titik beda antara aktifitas material dengan aktifitas spiritual...?
Titik bedanya ada pada TUJUAN & NIAT !!!
Tujuan & Niatlah yang bisa merubah segala yang material menjadi spiritual.
Apakah Anda punya hobbi berbenah diri? Introspeksi? Reformasi? Hijrah?
Hehe... Kok masalahnya jadi serius yah... kalem, kalem.... nyantai lagi....
Pengantarnya cukup, kita kembali ke topik.
BAGAIMANA MENSPIRITUALKAN KERJA MMM?
Langkah-langkah yang kulakukan, agar seluruh aktifitasku di MMM menjadikan bernilai
spiritual:
1. Mencari ilmu yang bermanfaat adalah Perintah Tuhan.
Saya pelajari dengan seksama Sistem MMM ini. Saya pertanyakan kenapa bisa begini begini & kenapa bisa begitu, berdasarkan argumentasi, bukan sekedar ikut berita ataupun promosi. Mendata dengan cermat, menganalisa dengan teliti, dan menyimpulkan dengan hati-hati... hingga kemudian sampai kepada sebuah keyakinanku bahwa MMM ini benar, bisa memanfaati saya, dan manfaat bagi masyarakat luas, bahkan, dalam prediksi saya, MMM akan bisa menghambat laju inflasi, mengatasi hutang masyarakat, dan menenggelamkan sistem bunga bank.(Sebagiannya telah saya sharingkan melalui blog ini).
2. Mengambil sebab yang benar adalah perintah Tuhan.
Kemudian saya cari bentuk hubungan sebab-akibat dalam sistem itu, yang bersifat universal. Yaitu bahwa, barang siapa membantu orang lain dengan ikhlas maka ia akan dibantu oleh Tuhan dari arah manapun. Dalam perspektif Sistem MMM, sesiapa yang tulus membantu nanti pasti akan terbantu lebih dari ia membantu.
3. Merencanakan dengan benar adalah perintah Tuhan.
Merencanakan sistem MMM dalam bentuk konkrit dalam keluarga saya. Bahwa dengan Membantu 10juta, setelah sebulan akan mendapatkan bantuan 13juta. Bentuk konkrit dari sistem ini, kemudian saya proyeksikan terhadap tugas ke-suami-an & ke-bapak-an saya...., dengan rincian sbb (tanpa mengganggu kegiatan yang telah ada):
- Berbekal 10juta, saya jadi partisipan, 1 bulan menjadi 13juta = 3juta per bulan.
- Bulan ke-4, istri jadi partisipan, menggulirkan bantuan 10juta per bulan.
- Bulan ke-6, anak ke-1 jadi partisipan, menggulirkan bantuan 10juta per bulan.
- Bulan ke-7, anak ke-2 jadi partisipan, menggulirkan bantuan 10juta per bulan.
- Bulan ke-8, anak ke-3 jadi partisipan, menggulirkan bantuan 10juta per bulan.
- Bulan ke-9, anak ke-4 jadi partisipan, menggulirkan bantuan 10juta per bulan.
- Bulan ke-10 dst, saya istri anak 1-2-3-4,masing-masing punya pendapatan 3juta per
(Cukup !!!). Planning dan Action selesai !!!
4. Orientasi Tugas adalah wajib. Orientasi Hasil dilarang Tuhan.
Ini point terakhir, dan disinilah KUNCInya.
Setelah meyakini, memilih, dan merencanakan dengan benar....,
Saya wajib awasi benar-benar hati saya, banyak yg tergelincir disini:
JANGAN TERJEBAK KE ORIENTASI HASIL !!!.
Lalu apa...?
Lalu apa...?
KONSENTRASI KE TUGAS. JANGAN KE HASIL.
Tugas berpartisipasi terhadap MMM.
Tugas membantu manusia dengan ikhlas.
Jangan lagi pikirkan hasil, toh itu akibat, pasti ikut.
Tugasku membantu MMM, apapun yang akan terjadi.
Tugasku membantu melalui MMM, apapun yang akan terjadi.
Kegiatan MMM harus masuk dalam kandang validatorku.
1. Fokus Tujuan. Hanya dalam rangka mendekat kepada Tuhan.
2. Waspada Niat. Hanya karena mentaati perintah Tuhan
3. Konsentrasi Tugas. Ikhlas melaksanakan kewajiban.
Selesai !!!
Hati-hati poin ke-4. Harus saaangat hati-hati.
Jebakan iblisnya ada di orientasi hak.
Lawan dengan orientasi kewajiban !!!
Jebakan iblisnya ada di orientasi hasil.
Lawan dengan orientasi tugas !!!
Jebakan iblisnya ada di orientasi profit.
Lawan dengan orientasi proses !!!
Iblisnya ada di bismi hak, bismi hasil, bismi profit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar